Sepenggal Kisah Purnama

Saban hari, beliau tak pernah bosan menunggu para pembeli berdatangan sampai kunjung kelelahan. Peluhnya sangat berarti demi mencari rezeki bakal menghidupi anak dan istri.

 

Lalapan Cabang Purnama, begitu nama yang beliau pakai dan baru dirintis beberapa tahun terakhir lantaran bentuk kepedulian kepada sang istri akan pekerjaan sebelumnya. Laki-laki paruh baya ini yang dulu berkelana mengantarkan muatan ke penjuru kota kadang tersesat di antah-berantah dan sering kali harus menahan sesaknya kerinduan pada keluarga di rumah.

 

Kini perasaannya lega, kendati lelah menunggu para pembeli, tetapi sang pujaan hati setia menemani. Gerobak yang dipakainya untuk berjualan, di tempatkan tepat di pinggir jalan berpemandangan lalu-lalang kendaraan di tengah suasana dingin angin malam Pasar Besar Kota Malang.

 

Dari malam hingga dini hari, besar harapan ditaruhkan untuk terus melayani para pembeli. Pelayanan tulus, teguh dijalani sampai pundi-pundi rupiah terkumpul menjadi rezeki hari ini. Sampai lalapan habis terjual, malam semakin larut dan waktunya membereskan segala peralatan: wajan, piring, dan lainnya, kemudian bergegas mengangkut gerobaknya dan dilanjutkan berjualan esok hari. (Rafli Martiansyah)

 

Happy
Happy
0
Sad
Sad
0
Excited
Excited
0
Sleepy
Sleepy
0
Angry
Angry
0
Surprise
Surprise
0

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Kematian Jurnalis dalam Bayang Kebebasan Pers
Next post Sang Pengamat Malam